Film & Music

4 Fragmen dalam Memoar 50 Tahun Berkarya Landung Simatupang

×

4 Fragmen dalam Memoar 50 Tahun Berkarya Landung Simatupang

Sebarkan artikel ini



Jakarta, Fireflycinema

50 tahun sudah Landung Simatupang berkecimpung dalam dunia sastra dan seni peran tanah air. Berbagai karya pun telah ia lahirkan, dari naskah drama, televisi, pertunjukan teater, hingga film.

Dalam momentum 50 tahun berkaryanya, Landung kembali ke atas panggung membawakan Pentas Ceramah 50 Tahun Seni Peran di Jalur Olahraga Kesehatan.

Pertunjukan ini digelar selama dua hari, 13 dan 14 Agustus 2024 di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.


Berbeda dari pertunjukan yang dia lakukan sebelumnya, Landung kali ini menyajikan empat fragmen pementasan yang pernah ia pentaskan sebelumnya.

IKUTI QUIZ

Di sela perpindahan dari fragmen satu ke yang lainnya, Landung akan berceramah. Aktor 72 tahun itu akan bercerita mengenai hidup, teater, hingga pandangannya alam menyikapi seni.

“Yang akan saya lakukan di antara petikan-petikan apa yang pernah saya lakukan itu, saya bercerita, cerita pengalaman 50 tahun itu, apa yang saya kerjakan. Penggalan itu hanya sebagai show window aja, di sela-selanya saya mengisi dengan pemikiran saya bagaimana,” kata Landung dalam konferensi pers yang digelar di kawasan Jakarta Selatan, Senin (12/8).

Empat fragmen pementasan yang dipilih adalah Pagi Bening, Aku Diponegoro, Selincang Cornel Simanjuntak, dan pembacaan cerpen. Keempatnya, disebut Landung memiliki sejarah penting dalam perjalanan kariernya.

“Yang pertama Pagi Bening, inilah sandiwara yang pertama saya kenal. Di kampung saya ada satu grup teater, kakak saya ikut teater itu dan sering saya ledekin di rumah. Saat saya mulai ikut teater, yang pertama kali saya lihat proses pembuatannya ya ini,” kata Landung menjelaskan.

“Naskah ini juga menurut saya naskah yang bagus sekali, sudah banyak sekali dipentaskan,” lanjutnya.




Fragmen Pagi Bening dalam Pentas Ceramah Landung Simatupang/ Foto: Dini Astari

Untuk Aku Diponegoro, Landung mengaku naskah itu penting karena menjadi bentuk permintaan maafnya kepada Pangeran Diponegoro, sosok yang semasa kecilnya hidup di dekat lingkungannya tumbuh.

“Kedua itu saya akan membawakan penggalan dari naskah yang saya tulis, Aku Diponegoro. Itu penting bagi saya karena masa kecil saya di Jogja, itu kalau saya kalau mau menyebrang kali Winongo, saya akan sampai di Tegalrejo. Itu kediaman Diponegoro waktu kanak-kanak,” terangnya.

“Lalu, saya pernah di Jogja membacakan nukilan tentang Diponegoro yang ditulis penulis Belanda dan penulis itu meledek Diponegoro. Itu ditulis dengan sangat menarik menurut saya sebagai ejekan. Setelah itu saya berefleksi lagi, saya ingin menyeimbangkanlah. Kalau sudah meledek, saya ingin minta maaf. Jadi waktu UNESCO mengakui Diponegoro, saya tertarik mengubah karya tembang Diponegoro dan saya pentaskan,” sambung Landung.

Untuk Selincang Cornel Simanjuntak, Landung memilihnya karena itu merupakan pementasan teranyar yang dia lakoni. Terakhir, pembacaan cerpen dipilih lantaran ia menyukainya.

“Yang ketiga Selincang Cornel Simanjuntak saya anggap penting karena ini paling baru,” ungkapnya.

“Terakhir, saya akan membaca cerpen. Ini penting sekali karena selama ini saya tertarik dengan pembacaan cerpen, prosa, dan esai yang menjadi pertunjukan,” lanjut Landung.




Landung SimatupangLandung Simatupang/ Foto: Dini Astari

Sementara itu ditanya soal karier berkesenian ke depannya, Landung menegaskan tetap akan menjadi aktor dan bermain teater.

Meski belakangan dirinya juga rutin berperan dalam film, Landung tetap merasa panggung teater adalah rumah baginya memenuhi kepuasan batin.

“Saya akan terus beraksi di panggung kalau ada kesempatan. Memang seni peran tidak lalu sepenuhnya tanpa efek atau dampak finansial karena saya akhirnya terjun ke film untuk mencari nafkah, tapi kalau untuk kepuasan batin ya panggung inilah,” katanya.

“Kalau di film itu yang kerja nggak terutama aktornya, tapi ada editor, kalau teater kan langsung. Kalau di film kan kita udah berakting bagus, ternyata nggak dipake,” tutup Landung.

Landung Simatupang adalah aktor kelahiran Yogyakarta, 25 November 1951. Selama kariernya, Landung juga dikenal sebagai sastrawan dan sutradara.

Nama Landung belakangan kembali populer setelah membintangi video klip lagu  Gala Bunga Matahari milik Sal Priadi. Dalam video klip tersebut, ia beradu akting dengan Gempita Nora Marten, putri Gading Marten dan Gisel.

(dia/dia)




Tonton juga video berikut:




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *