Jakarta, Fireflycinema –
Pertanyaan Masih adakah cinta di antara kita? menjadi pertanyaan sulit yang berkali-kali ditanyakan dalam lakon Tanda Cinta yang dipentaskan Teater Koma di Salihara, Jakarta Selatan, Kamis (29/8).
Pertanyaan itu terlontar terus-menerus dari karakter Suami (Lutfi Ardiansyah) untuk Istri (Tuti hartati) saat usia mereka di ambang senja.
Bagi Istri, rasa cinta tidak bisa harus diukur melalui kata-kata, melainkan berupa tindakan nyata. Namun bagi Suami, cinta juga perlu diucapkan melalui kata-kata.
Demi memenuhi dahaga validasi cinta, Suami pun menyebarkan pamflet pertanyaan Masih adakah cinta di antara kita? yang berakhir dengan persidangan.
IKUTI QUIZ
Lebih dalam dari sekedar pertanyaan cinta, dialog yang muncul dalam Tanda Cinta menyentil soal kondisi ekonomi hingga politik. Walau naskah lakon ini ditulis bertahun-tahun yang lalu, namun masih terasa relevan dengan yang terjadi sekarang.
Meski dialog memuat isu yang berat, pementasan ini tetap terasa menyenangkan dengan selipan komedi yang muncul dari mimik dua karakter utama. Perdebat khas suami dan istri juga sesekali membuat penonton terkekeh.
Lakon Tanda Cinta dipentaskan Teater Koma/ Foto: Dini Astari
|
Dari segi penataan panggung, Tanda Cinta hadir dengan konsep minimalis di setiap adegannya. Hanya ada dua kursi dan satu meja, atau satu ranjang besi dengan dua bantal. Minim dan intim.
Meski minimalis, Teater Koma tetap mampu membuat pertunjukan ini lebih kaya dengan hadirnya pembawa sentir di setiap peralihan adegan.
Mereka masuk panggung diiringi dengan musik dan layar yang memutar puisi gubahan Nano Riantiarno yang membuat suasana jadi syahdu. Puisi itu, berisi tentang kehidupan, cinta, hingga perkara menunggu kematian.
“Hidup hanya sekedar mengalami suka atau duka, sama saja. Semua menunggu. Perjalanan itu. Panggilan itu,” bunyi salah satu puisi Nano.
Lakon Tanda Cinta dipentaskan Teater Koma/ Foto: Dini Astari
|
Jadi Rangkaian Peringatan 1 Tahun Wafatnya Nano Riantiarno
Naskah Tanda Cinta pertama kali dipentaskan Teater Koma pada 2005 di Gedung Kesenian Jakarta. Saat itu, peran Suami dimainkan oleh Nano Riantiarno dan Istri diperankan Ratna Riantiarno.
Kemudian pada 2009, naskah ini dipentaskan kembali di Salihara dengan dua pemain yang sama.
Rangga Riantiarno, sutradara Tanda Cinta, mengungkap pemilihan lakon ini menjadi bagian dalam rangkaian peringatan satu tahun kepergian ayahnya, Nano Riantiarno.
Pemilihan ini juga karena panggung Salihara yang dianggap cocok untuk keperluan naskah dan kisah naskahnya sendiri yang berisi kisah personal Nano.
“Masih dalam suasana memperingati satu tahunnya papa dan saya inget-inget lagi tahun 2009 main Tanda Cinta di sini (Salihara) dan memang ruangannya cocok untuk lakon kita,” kata Rangga.
Sebagai bentuk komitmen kepada sang ayah, Rangga juga tak mengubah naskah aslinya. Ia mengaku hanya mengurangi beberapa bagian yang terlalu personal.
“Malah ada yang saya kurangi karena durasi dan ada persoalan yang terlalu personal untuk papa saya. Saya memutuskan untuk mementaskan memang naskahnya pertanyaannya sangat mengena, makin ke sini makin kerasa,” terangnya.
Lakon Tanda Cinta dipentaskan Teater Koma/ Foto: Dini Astari
|
Untuk artistik panggung, Rangga juga mengaku tak banyak mengubah. Artistik diambil dari pentas Tanda Cinta pada 2009 silam dan hanya diubah sedikit posisinya.
“Kita pakai yang dipakai tahun 2019 dibuat sama almarhum Saiful Anwar skenografinya. Benda-benda ini ada yang udah ada dari 2005 sih, nggak ada banyak perubahan cuma posisinya aja,” ungkapnya.
Pementasan Tanda Cinta menjadi penutup Salihara International Performing-Arts Festival (SIP Fest) 2024. Pementasan ini dilakukan pada 30 dan 31 Agustus pukul 20.00 WIB di Salihara.
(dia/dia)