Jakarta, Fireflycinema –
Rudi Soedjarwo kembali mempersembahkan karya terbarunya yang bertajuk Saat Menghadap Tuhan. Film teranyarnya itu akan resi dirilis pada 6 Juni 2024 mendatang.
Film ini merupakan karya pertama yang dirilis oleh rumah produksi yang baru dirintis oleh Rudi, RexCorp. Lewat film ini Rudi Soedjarwo ingin mengangkat isu-isu yang dirasa perlu untuk dibicarakan secara terbuka, seperti perundungan, KDRT, pelecehan seksual, trauma masa kecil, hingga self-love.
Rudi terinspirasi dari kegelisahan pribadinya yang kemudian ia kembangkan bersama Djemima. Rudi berangkat dari premis yang cukup sederhana, yakni dari sekian banyak tindak kekerasan traumatis yang acap kali menimpa remaja, siapa yang paling bertanggung jawab untuk melindungi mereka.
Saat Menghadap Tuhan bercerita tentang kisah empat remaja dengan masalahnya masing-masing, tapi disatukan oleh tali kenestapaan yang sama, yaitu penyesalan. Tiap kisah dari keempat protagonis ini, mewakili satu isu yang sering ditemui di tengah masyarakat.
Damar yang diperankan oleh Rafi Sudirman merupakan seorang pemuda yang memiliki mimpi ingin membahagiakan ibunya. Namun, karena tumbuh besar dengan trauma dan kemarahan yang mengendap setelah menyaksikan ayahnya mati sia-sia di tangan seorang preman, Damar terbiasa diajarkan untuk tidak mengutarakan isi hatinya. Namun, gemuruh emosi dalam dirinya yang mengendap, bak gunung berapi aktif yang bisa meletus kapan saja.
Gito (Abielo Parengkuan) adalah sahabat Damar yang lahir dari keluarga serba berkecukupan. Di balik hidupnya yang terlihat baik-baik saja, ternyata tidak tercipta komunikasi yang sehat antara dirinya dengan kedua orang tuanya. Hal tersebut membuat ia tumbuh menjadi pribadi yang kikuk secara sosial dan jadi sasaran perundungan.
Nala (Denisha Wahyuni) hidup di tengah keluarga yang suka menyakiti saudara perempuannya. Beruntung Nala mampu menemukan ketenangan lewat hobinya dalam bermusik.
Sementara Marlo (Dede Satria) merupakan sosok jagoan di sekolah. Ayahnya adalah sosok yang memiliki pangkat dan kekuasaan. Dibesarkan oleh ayah yang biasa membuatnya merasa kecil, Marlo tumbuh menjadi remaja yang tak gemar membully dan membuat orang lain juga merasa rendah.
(kpr/kpr)