Jakarta, Fireflycinema –
Hindia atau yang juga dikenal sebagai Baskara Putra merupakan salah satu musisi Tanah Air yang naik daun.
Lagu-lagu Hindia banyak didengarkan oleh masyarakat, khususnya kaum muda. Dari data yang dirilis platform streaming musik Spotify, lagu-lagu milik Hindia bahkan sudah didengarkan lebih dari 1 miliar kali.
Pendengar Hindia pun tak hanya datang dari Indonesia, Baskara mengaku ia juga memiliki pendengar dari negara lain.
Meski memiliki pendengar dari luar Indonesia, Baskara mengaku tak kesulitan untuk menyajikan musik miliknya yang memakai bahasa Indonesia.
IKUTIĀ QUIZ
“Belakangan pendengar saya banyak dari kota-kota yang bahasa Indonesia itu bukan bahasa utama gitu, bahkan jauh dari bahasa utama. Tapi nggak ada masalah sih so far,” kata Baskara dalam konferensi pers Loud & Clear di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (17/7).
“Paling yang butuh saya lakukan sebagai musisi ya promosinya bilingual, tapi lagu itu sendiri kalau saya mau tulis pakai bahasa Indonesia, ya bahasa Indonesia aja. Bukan kayak kita berusaha berubah biar tembus pasar (musik) tertentu, pasarnya aja yang diluasin,” lanjutnya.
Hindia/ Foto: Dini Astari
|
Menurut Baskara, industri musik saat ini justru cenderung menyorot musik lokal dengan berbagai konteks lagunya yang tentu dipengaruhi dengan konflik dan budaya beragam.
Dan musik-musik tersebut tak melulu harus menggunakan bahasa Inggris untuk dimengerti banyak orang dan justru menghilangkan identitas musik itu sendiri.
“Sekarang agak hyper local gitu, kebalik. Kita justru mau lihat budaya di balik sebuah lagu. Kita dengerin sebuah lagu, kita pengen tahu konteks di balik lagu tersebut, kenapa lagu itu bisa terdengar seperti itu? Kenapa kalimatnya bisa kayak gini? Memang mereka hidup sehari-harinya kayak gimana? Kesulitan mereka apa? Buat saya kalau itu dipaksa berubah jadi bahasa Inggris, konteks tersebut bisa hilang,” terangnya.
Baskara sendiri masih enggan mengubah lirik-lirik lagunya menjadi bahasa Inggris demi eksis di pasar musik dunia. Menurutnya, akan ada peluang makna lagu itu lesap.
“Punya banyak ketakutan ada lost in translation itu, bukan cuma dari hal-hal kayak judul lagunya doang, tapi kalimat per kalimat, lirik per liriknya,” bebernya.
Jika pada akhirnya akan membuat lagu berbahasa Inggris, Baskara memilih membuat lagu baru. Namun, ia juga tak akan menghilangkan lagu-lagu berbahasa Indonesia yang jadi indetitasnya selama ini.
“Saya lebih mending bikin sesuatu dari nol kalau mau bikin lagu bahasa Inggris dan gimana caranya tidak mengubah DNA Hindia sebagai entitas musik bahasa ibunya itu masih bahasa Indonesia gitu. Mungkin, dalam satu tracklist ada sekian yang Inggris, tapi sisanya Indonesia aja udah,” tutur Baskara.
Sedangkan ditanya soal bagaimana menjaga pendengar yang ada di luar Indonesia untuk tetap setia mendengarkan karyanya, Baskara mengaku masih memikirkan formula yang tepat.
Menurutnya, ia dan tim saat ini masih menggodok ide bagaimana tetap dekat dengan pendengar di luar Indonesia yang baru terpapar lagunya.
“Kemarin habis kerja sama eaJ (penyanyi Korea), tiba-tiba ada pendengar dari Korea gitu. Agak bingung juga. Tapi, itu pertanyaan saya ke diri saya juga, masih harus diformulasikan gimana caranya,” tutupnya.
(dia/ikh)