Film & Music

Sosok Iyah May, Penyanyi Australia yang Putus Kontrak karena Lirik Lagu Bela Palestina

×

Sosok Iyah May, Penyanyi Australia yang Putus Kontrak karena Lirik Lagu Bela Palestina

Sebarkan artikel ini




Jakarta, Fireflycinema

Penyanyi asal Australia, Iyah May harus mengalami putus kontrak dengan perusahaan yang menaunginya karena lirik lagu bertajuk Karmageddon miliknya yang memiliki lirik soal genosida yang terjadi di Palestina.

Lagu yang dirilis Iyah May pada akhir 2024 ini memang berbicara soal berbagai isu sosial di dunia, mulai dari korupsi pemerintah, cancel culture, hingga ketimpangan global. Membawa tema kritik terhadap dunia, lagu Karmageddon kemudian mendapatkan perhatian besar di media sosial.

Iyah May ternyata menyisipkan lirik soal genosida di Palestina, membuat dirinya kemudian mengalami konflik dengan manajernya. Kontraknya kemudian diputus karena Iyah May menolak mengubah lirik tersebut.


“Aku berpisah dengan manajerku, aku meninggalkan label karena manajerku tidak setuju dengan lirik dalam lagunya dan menolak untuk bekerja denganku. Ia baru akan mendukungku jika aku mau mengubah liriknya,” ungkap Iyah May dalam video yang diunggah di akun TikTok miliknya, dikutip Kamis (9/1).

Sosok Iyah May sendiri tidak asing di dunia musik. Iyah May yang memiliki nama asli Marguerite Clark lahir di Cairns, Queensland, Australia sebelum pindah ke Brisbane. Iyah May dibesarkan oleh ibu dan kakak perempuannya di sebuah desa kecil di Queensland Utara, Australia.

Perjalanan musiknya dimulai secara tak terduga saat ia menjadi mahasiswa kedokteran yang meneliti HIV di New York. Ia berkesempatan menyanyikan lagu cover di rumah rapper Shaggy, dan sebelumnya menggunakan nama panggung Mayah hingga tahun 2018.

Genre musik Iyah May antara lain adalah pop, R&B, hip-hop, hingga klasik, dengan album kesayangannya adalah The Miseducation of Lauryn Hill. Iyah May diketahui merilis Karmageddon sebagai ungkapan rasa frustasinya atas dunia yang terpecah belah.

Lewat beberapa unggahannya, terungkap bahwa Iyah May ternyata juga merupakan dokter yang berada di garda terdepan untuk melawan pandemi COVID-19 empat tahun lalu. Pengalamannya ini kemudian sangat mempengaruhi proses penciptaan lagu Karmageddon.

Meski Iyah May mengalami pemutusan kontrak, lagu Karmageddon justru mendapatkan dukungan global dan menjadi viral. Lewat unggahannya, Iyah May bersyukut telah merilis Karmageddon.

“Saya bersyukur telah merilis Karmageddon. Di tengah semua rintangan, lagu ini tetap sampai ke telinga pendengar. Menjadi diri sendiri seutuhnya adalah bentuk cinta paling membebaskan. Bicara kebenaran walau banyak yang menentang jauh lebih bermakna daripada mengorbankan integritas,” tulis Iyah May.

Sementara hingga kini, pihak manajemen Iyah May yang memutus kontraknya masih belum memberikan pernyataan resmi apapun. Karmageddon hingga kini telah menjadi viral di kalangan publik sebagai bentuk simpati terhadap genosida di Palestina.

(Arundati Swastika/fik)




Tonton juga video berikut:




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *